Label

Kamis, 04 Oktober 2012

Hanya untukmu



Untukmu Ayah dan ibu, aku persembahkan,,,
Engkaulah sebagian ruh dalam hidupku,,
Memilikimu adalah hal terindah yang tak pernah ku bayangkan ,,
Perjuanganmu untukku adalah bukti kasih sayang yang tak pernah dapat ku balas,,
Tak ada harap lain untukku,, hanya senyumulah yang selalu kunanti,,
Ayah  Ibu,,
Bersabarlah,,
Kelak  aku kan dewasa,,
Mengerti akan arti kehidupan,,
 tak sedetik pun ku ingin melupakanmu,,
Andai ku dapat raih bulan ,,
Percayalah pasti kan ku persembahkan untukmu,,
Aku sayang kalian ,,
Ingin rasanya kumemelukmu dan kukatakan bahwa ku sangat menyayangimu,,
I LOVE U MY PARENT,,,,
Rinesti witasari
Pondok santri reguler

Senin, 01 Oktober 2012

Revitalisasi Citra Kader


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu organisasi ekstra kampus yang berlandaskan  ahli sunnah wal jama’ah (ASWAJA), dimana didalam pergerakanya mengandung 4 nilai dasar pergerakan yakni tauhid, hablum minallah, hablum minannas, hablum minal alam sebagai landasan dalam melakukan perubahan kepada masyarakat agar lebih baik. Mahasiswa sebagai motor penggerak seharusnya, memiliki semangat mengawal sebuah perubahan baik dalam kancah sosial maupun politik.
PMII Rayon Tarbiyah (Rata) merupakan organisasi pengkaderan ekstra kampus lingkup rayon tarbiyah yang mampu menarik kader dalam kuantitas yang luar biasa banyak. Ini terbukti dari tahun per tahun, sebut saja tahun 2010 PMII Rata mampu merekrut sebanyak +350 peserta, dan pada tahun 2011 +400 peserta. Hal ini patut mendapatkan apresiasi, akan tetapi kemana dan bagaimana kader yang begitu banyak berproses dalam PMII?
Melihat fenomena diatas, pengkaderan dalam PMII Rata bisa dikatakan jauh dari harapan; karena kader yang berproses tidak sebanding dengan kader yang bisa kita banggakan pada awal proses pengkaderan atau masa penerimaan anggota baru (MAPABA). Hal tersebut merupakan masalah kita bersama yang harus kita cari solusinya. Mulai dari proses MAPABA yang cenderung monoton tanpa ada follow up yang mampu memberikan kesan positif kepada para kader. Waktu kegiatan yang sering molor sehingga memberikan kesan bahwa PMII tidak disiplin, tak jarang dosen pun sering kali melontarakan anggapan urakan, telatan, tidak rapih dan tidak sopan kepada para aktivis, tidak hanya dosen aktivispun menjadi bahan pembicaraan mahasiswa lain bahwa sebagai aktivis lebih suka demo dan mengesampingkan akademik. Meski tidak semua aktivis PMII seperti itu, namun nyatanya penilaian negatife tidak lepas untuk perorangan. Hal tersebut membuat mereka lebih memilih mementingkan akademik dan mendengarkan dosen daripada ikut berproses dalam organisasi yang manfaatnya sangat banyak.
Melihat fenomena tersebut, maka menjadi tugas kita bersama untuk menghilangkan budaya yang tidak baik. Agar nantinya kader – kader  PMII tidak ilfeel atau merasa kurang tertarik berproses dalam PMII. Hal itu bisa kita mulai dari kesadaran pribadi dengan menunjukan perilaku yang baik, tidak mengesampingkan akademik tetapi menyeimbangkan keduanya yakni akademik dan organisasi, serta berusaha berperilaku lebih baik agar dapat menghapus anggapan dosen tentang image buruk aktivis.
Semoga kedepan PMII Tarbiyah lebih baik dan dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi kader – kader yang telah berproses.


Salam Pergerakan!!!
Hidup Mahasiswa!!!


Rinesti Witasari
Mahasiswa PGMI semester 4.